Friday, January 3, 2014

Anak dan Media


Anak & Media
Barbie and Three Musketeers VS Pou

       

  VS 


Anak yg saya wawancarai bernama Alya Azmi Zafirah. Seorang anak yang gemar menonton film. Dia sangat menyukai film Barbie dan memiliki banyak koleksi filmnya. Tetapi dari sekian banyak versi Barbie, yang paling disenanginya adalah kisah Barbie And the Three Musketeers. Barbie and The Three Musketeers mengisahkan Barbie yang  bernama Corrine bercita-bercita menjadi seorang Musketeers yaitu pasukan elit pengawal kerajaan seperti mendiang ayahnya. Film ini menceritakan perjalanan Corrine sehingga pada akhirnya ia berhasil diangkat menjadi seorang Musketeers.
Selain gemar menonton film Alya juga gemar memainkan game di gadget. Game yang paling gemar dimainkan Alya adalah Pou. Pou adalah sejenis peliharaan berbentuk segitiga yang dapat bermain, membeli berbagai macam item pemenuh kehidupannya, diberi makan.

Data umum
Jenis : Film
Judul : Barbie and The Three      Musketeers
Durasi: ……. tahun 2009
Jenis : Game
Judul : Pou
Durasi :…… tahun -
Penyampaian content
Film
Game (Gadget)
Content
Menceritakan tentang perjalanan seorang gadis bernama Corrine yang bercita-bercita menjadi seorang Musketeers. Berawal dari mengejar seekor anjing yang membawanya kepada pasukan Musketeers tetapi Corrine tidak dapat diterima menjadi Musketeers karna alas an gender dan umur. Tidak sampai disitu, anjing ygang sebelumnya dikejar Corrine kembali mengusik Corrine dan kucingnya yang berakhir di istana kerajaan. Karna beberapa hal Corrine akhirnya menjadi tukang bersih istana sekaligus berlatih menjadi Musketeers bersama teman-teman barunya selama menjadi tukang bersih istana. Puncaknya saat malam penobatan pangeran terjadi kudeta oleh salah seorang pejabat kerajaan yang menginginkan posisi raja. Tidak dapat diam melihat saja, Corrine dan teman-temannya berusaha melawan pejabat kerajaan tersebut dengan menggunakan ilmu pedang dan ilmu beladiri yang telah mereka pelajari dan mereka mengalahkannya yang juga menggagalkan kudeta tersebut. Melihat hal itu pangeran langsung menobatkan Corrine dan teman-temannya sebagai Musketeers.
Didalamnya terdapat game memakan makanan yang jatuh, melatih ingatan, menyamakan warna, dll. Pou dapat diberi makan, mandi dan ditidurkan layaknya peliharaan.
Tujuan / materi yang ingin disampaikan/pelajaran yang bisa diambil
Kejarlah mimpimu walaupun orang lain berkata itu mustahil.
Membantu anak mengingat, cepat teliti, belajar membedakan warna, memelihara sekaligus bertanggung jawab atas peliharaannya tersebut.

Sasaran pembaca/penonton
Dapat ditonton semua umur namun lebih cocok untuk anak perempuan usia sekolah karena mereka telah lebih dapat memahami dan menangkap berbagai aspek yang terkandung didalamnya.

 Dapat dimainkan semua umur dan berbagai kalangan mulai dari anak usia sekolah hingga dewasa.
Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)
·      Sesuai tujuan
·      Sesuai usia yang dituju
·      Kurang jelas apa yang disampaikan karena bahasa kurang lugas
·      Sesuai untuk balita karena untuk anak yang lebih besar kemungkinan membosankan
Teori yang relevan
Piaget menupakan salah satu tokoh yang terkenal dengan teori perkembangan kognitifnya dimana menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social seperti diri, orang tua dan teman.

Piaget berpendapat bahwa perkembangan manusia terbagi atas empat tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.
Keempat tahap itu adalah:
·         Sensori-motorik
·         Praoperasional
·         Operasional
·         Operasional formal

Tetapi disini akan lebih ditekankan pada tahap operasional dimana anak mulai dapat berpikir logis.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Piaget menupakan salah satu tokoh yang terkenal dengan teori perkembangan kognitifnya dimana menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social seperti diri, orang tua dan teman.

Piaget berpendapat bahwa perkembangan manusia terbagi atas empat tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.
Keempat tahap itu adalah:
·         Sensori-motorik
·         Praoperasional
·         Operasional
·         Operasional formal

Tetapi disini akan lebih ditekankan pada tahap operasional dimana anak mulai dapat berpikir logis.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).



Analisis dari kedua media :

Disini saya memakai teori yang sama pada kedua media dikarenakan dengan adanya kedua media tersebut sedikit banyak membantu dan mempengaruhi proses berpikir anak. Seperti dalam film Barbie tersebut sang anak dapat berpikir untuk memperjuangkan mimpi dan cita-citanya sedangkan dari game Pou anak dapat belajar pengurutan, klasifikasi dan decentering seperti disebutkan dalam teori perkembangan kognitif Piaget.
Jika dibandingkan, anak cenderung lebih memilih media film daripada game itu sendiri dikarenakan film lebih memiliki tampilan visual yang lebih hidup juga memiliki alur cerita yang dapat diikuti oleh anak itu sendiri.



My opinion / conclusion :

Jika melihat kedua media, saya pribadi lebih menyarankan film untuk membantu pembelajaran dalam perkembangan kognitif sang anak dikarenakan film lebih dapat memberikan makna-makna yang bermanfaat dibanding game. Tetapi perlu diperhatikan juga bagi para orang tua untuk mengontrol anak-anak mereka agar menonton tontonan yang bermanfaat dan sesuai bagi umur si anak.





Cahya Maudita Kamila  
(115120307111052)   

1 comment:

  1. Antara teori yang digunakan, tujuan dari tayangan serta analisis masih kurang terdapat kesinambungan dan belum mendalam. Teori bisa ditambahkan yang berkaitan dengan psikososial anak misalnya tentang tanggung jawab. Sedangkan analisis seharusnya bisa lebih mendalam misalnya yang berkaitan dengan decentering di game pou itu yang seperti apa, klasifikasi seperti apa....lalu bisa juga tayangan barbie dikaitkan dengan need of achievement misalnya...

    ReplyDelete