Anak & Media
Barbie and Three Musketeers
VS Pou
Anak yg saya wawancarai bernama Alya Azmi Zafirah. Seorang anak yang
gemar menonton film. Dia sangat menyukai film Barbie dan memiliki banyak
koleksi filmnya. Tetapi dari sekian banyak versi Barbie, yang paling
disenanginya adalah kisah Barbie And the Three Musketeers. Barbie and The Three
Musketeers mengisahkan Barbie yang bernama
Corrine bercita-bercita menjadi seorang Musketeers yaitu pasukan elit pengawal
kerajaan seperti mendiang ayahnya. Film ini menceritakan perjalanan Corrine
sehingga pada akhirnya ia berhasil diangkat menjadi seorang Musketeers.
Selain gemar menonton film Alya juga gemar memainkan game di gadget.
Game yang paling gemar dimainkan Alya adalah Pou. Pou adalah sejenis peliharaan
berbentuk segitiga yang dapat bermain, membeli berbagai macam item pemenuh
kehidupannya, diberi makan.
Data umum
|
Jenis : Film
Judul : Barbie and The Three
Musketeers
Durasi: ……. tahun 2009
|
Jenis : Game
Judul : Pou
Durasi :…… tahun -
|
Penyampaian content
|
Film
|
Game (Gadget)
|
Content
|
Menceritakan tentang perjalanan seorang gadis bernama Corrine yang
bercita-bercita menjadi seorang Musketeers. Berawal dari mengejar seekor
anjing yang membawanya kepada pasukan Musketeers tetapi Corrine tidak dapat
diterima menjadi Musketeers karna alas an gender dan umur. Tidak sampai
disitu, anjing ygang sebelumnya dikejar Corrine kembali mengusik Corrine dan
kucingnya yang berakhir di istana kerajaan. Karna beberapa hal Corrine
akhirnya menjadi tukang bersih istana sekaligus berlatih menjadi Musketeers
bersama teman-teman barunya selama menjadi tukang bersih istana. Puncaknya
saat malam penobatan pangeran terjadi kudeta oleh salah seorang pejabat
kerajaan yang menginginkan posisi raja. Tidak dapat diam melihat saja,
Corrine dan teman-temannya berusaha melawan pejabat kerajaan tersebut dengan
menggunakan ilmu pedang dan ilmu beladiri yang telah mereka pelajari dan
mereka mengalahkannya yang juga menggagalkan kudeta tersebut. Melihat hal itu
pangeran langsung menobatkan Corrine dan teman-temannya sebagai Musketeers.
|
Didalamnya terdapat game memakan makanan yang jatuh, melatih ingatan,
menyamakan warna, dll. Pou dapat diberi makan, mandi dan ditidurkan layaknya
peliharaan.
|
Tujuan / materi
yang ingin disampaikan/pelajaran yang bisa diambil
|
Kejarlah mimpimu walaupun orang lain berkata itu mustahil.
|
Membantu
anak mengingat, cepat teliti, belajar membedakan warna, memelihara sekaligus
bertanggung jawab atas peliharaannya tersebut.
|
Sasaran pembaca/penonton
|
Dapat ditonton semua umur namun lebih cocok untuk anak perempuan usia
sekolah karena mereka telah lebih dapat memahami dan menangkap berbagai aspek
yang terkandung didalamnya.
|
Dapat dimainkan semua umur dan
berbagai kalangan mulai dari anak usia sekolah hingga dewasa.
|
Pengemasan media
(kelebihan & kelemahan)
|
· Sesuai tujuan
· Sesuai usia yang
dituju
· Kurang jelas apa
yang disampaikan karena bahasa kurang lugas
|
· Sesuai untuk balita
karena untuk anak yang lebih besar kemungkinan membosankan
|
Teori yang relevan
|
Piaget menupakan salah satu tokoh yang terkenal dengan teori
perkembangan kognitifnya dimana menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari
objek-objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social
seperti diri, orang tua dan teman.
Piaget
berpendapat bahwa perkembangan manusia terbagi atas empat tahap perkembangan
kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang
bertambah kompleks.
Keempat
tahap itu adalah:
·
Sensori-motorik
·
Praoperasional
·
Operasional
·
Operasional formal
Tetapi disini akan lebih ditekankan pada tahap operasional dimana anak
mulai dapat berpikir logis.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk
mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi
nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya,
atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya.
Reversibility—anak mulai memahami
bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4
akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas,
panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan
atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain
(bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
|
Piaget menupakan salah satu tokoh yang terkenal dengan teori
perkembangan kognitifnya dimana menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari
objek-objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social
seperti diri, orang tua dan teman.
Piaget
berpendapat bahwa perkembangan manusia terbagi atas empat tahap perkembangan
kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang
bertambah kompleks.
Keempat
tahap itu adalah:
·
Sensori-motorik
·
Praoperasional
·
Operasional
·
Operasional formal
Tetapi disini akan lebih ditekankan pada tahap operasional dimana anak
mulai dapat berpikir logis.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk
mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi
nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya,
atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya.
Reversibility—anak mulai memahami
bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4
akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas,
panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan
atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah).
|
Analisis dari kedua
media :
Disini saya memakai teori yang sama pada kedua media dikarenakan dengan
adanya kedua media tersebut sedikit banyak membantu dan mempengaruhi proses
berpikir anak. Seperti dalam film Barbie tersebut sang anak dapat berpikir
untuk memperjuangkan mimpi dan cita-citanya sedangkan dari game Pou anak dapat
belajar pengurutan, klasifikasi dan decentering seperti disebutkan dalam teori
perkembangan kognitif Piaget.
Jika dibandingkan, anak cenderung lebih memilih media film daripada game
itu sendiri dikarenakan film lebih memiliki tampilan visual yang lebih hidup
juga memiliki alur cerita yang dapat diikuti oleh anak itu sendiri.
My opinion /
conclusion :
Jika melihat kedua media, saya pribadi lebih menyarankan film untuk
membantu pembelajaran dalam perkembangan kognitif sang anak dikarenakan film
lebih dapat memberikan makna-makna yang bermanfaat dibanding game. Tetapi perlu
diperhatikan juga bagi para orang tua untuk mengontrol anak-anak mereka agar
menonton tontonan yang bermanfaat dan sesuai bagi umur si anak.
Cahya Maudita Kamila
(115120307111052)
Antara teori yang digunakan, tujuan dari tayangan serta analisis masih kurang terdapat kesinambungan dan belum mendalam. Teori bisa ditambahkan yang berkaitan dengan psikososial anak misalnya tentang tanggung jawab. Sedangkan analisis seharusnya bisa lebih mendalam misalnya yang berkaitan dengan decentering di game pou itu yang seperti apa, klasifikasi seperti apa....lalu bisa juga tayangan barbie dikaitkan dengan need of achievement misalnya...
ReplyDelete