Monday, December 30, 2013

Anak & media : Marsha and The Bear vs Spongebob SquarePants

VS 


           Dalam materi kali ini yang kita bahas adalah anak dan media, anak yang menjadi subjek penulis kali ini adalah seorang gadis kecil yang bernama Cinta Ayu Novela R. Ia duduk di kelas TK-B dan masih berusia 5 tahun. Penulis mencoba menggali apa yang Ia suka, kebetulan sekali pada waktu itu Ia sedang menonton sebuah tayangan televisi yang berada di chanel ANTV. Tayangan tersebut adalah Marsha and The Bear, Cinta sangat menyukai tayangan tersebut, bahkan sampai tidak mau hengkang dari tempat duduk untuk makan ataupun pindah chanel.

            Kemudian saya menanyakan kembali, “apalagi yang Ia suka?” Cinta menjawab “Spongebob”, yang dimaksud adalah film Spongebob SquarePants di GlobalTV. Setelah itu saya tanyakan kepadanya mengapa menyukai Marsha and The Bear dan Spongebob SquarePants, Ia menjawab karena lucu. Ketika saya mengatakan lebih suka mana diantara keduanya tersebut, ternyata Ia menjawab Marsha and The Bear karena Marsha and The Bear lebih lucu dan tidak diulang-ulang.

 

Data umum
Jenis    : film
Judul   :  Marsha and The Bear
Durasi :  7 menit/episode (total 30 menit)
Jenis : film
Judul : Spongebob SquarePants  Durasi : 5-10 menit/episode (total 90 menit)
Penyampaian content
Film
 
Film  
Content
Pada film  Marsha and The Bear ini bercerita tentang seorang gadis kecil yang jail dan selalu membuat Tuan Bear pusing dengan tingkahnya. Pada episode “dilarang menerobos”, gadis kecil bernama Marsha sedang bermain di halaman. Gadis kecil itu berlari-lari mengejar kupu-kupu dan akan menangkapnya. Kemudian, di sisi lain ada Tuan Bear yang sedang bekerjasama dengan Kelinci memilih bibit untuk ditanam di depan rumah. Setelah menemukan ide yaitu menanam wortel dan ditanam, dirawat dengan baik tetapi wortel itu tidak tumbuh besar (sebesar yang diinginkan Tuan Bear). Kebanyakan wortel yang tumbuh dicuri oleh si Kelinci itu, satu per satu sampai habis dan berantakan. Ketika Tuan Bear menyadari bahwa Kelinci itu yang mencuri dan merusak tanamannya, Tuan Bear berjaga-jaga sampai kelelahan dan mengantuk, akibatnya wortelnya pun dicuri lagi dan lagi. Kemudian, Tuan Bear menunjuk Marsha si gadis kecil itu sebagai penjaga kebun dan melanjutkan istirahat di dalam rumah. Pada awalnya Marsha sibuk dengan kupu-kupu yang di kejarnya, tetapi ketika Ia menyadari bahwa ada Kelinci yang mencoba mencuri wortel itu, ia langsung mengejarnya sampai dapat, tidak perduli dengan apapun yang menghalanginya menangkap Kelinci itu, ia tetap mengejarnya sampai dapat. Akhirnya, karena aksi kejar-kejaran tersebut rumah ladang dan halaman menjadi kacau. Tuan Bear sangat prihatin melihat keadaan tersebut dan menyuruh Marsha kembali ke Rumah.
Film  Spongebob SquarePants merupakan salah satu film kartun tersukses buatan Amerika. Pada episode Goo go Gas ini menceritakan tentang seorang pencuri kecil yaitu Plankton yang berusaha mencuri resep rahasia Krabby Patty tetapi Ia tertangkap oleh Tuan Krabs. Kemudian Plankton di semburkan ke Chump Bucket, walau begitu Plankton tetap gigih mencari cara untuk mencurinya. Ketika Ia mendapat ide, Ia langsung menjebak Tuan Krabs di sebuah wartel dengan penuh gas bayi, sehingga Tuan Krabs berubah menjadi bayi dan Plankton mendapatkan kunci Krusty Krab. Sayangnya Spongebob mengetahui rencana buruknya itu kemudian memanggil polisi untuk menangkap Plankton. Tidak jera sampai disitu, Plankton mengubah Spongebob dan Tuan Krabs menjadi kakek-kakek. Setelah itu, ketika Ia berhasil mendapat Krabby Patty Ia kabur, tetapi Spongebob dan Tuan Krabs menjaringnya dan menariknya ke atas kemudian menyuruh teman-teman yang lain memukulnya. Setelah keadaan normal kembali, Plankton lagi-lagi kembali dan mengubah semua orang yang ada di Krusty Krab menjadi bayi sehingga dengan mudah Ia mendapatkan resepnya. Walaupun semuanya berubah menjadi bayi, Tuan Krabs, Spongebob, Patrick, dan Squidward mebuatnya sebagai mainan karena bentuknya yang kecil. Pada akhirnya Spongebob memakai alat pengubah bentuk tersebut sebagai mainan dan akhirnya gasnya bocor menyebar tepat kearah Plankton, sehingga Ia berubah menjadi sejenis benih.
Tujuan / materi yang ingin disampaikan/pelajaran yang bisa diambil
1.      Tidak boleh menerobos ladang orang lain tanpa ijin.
2.      Bisa menjaga amanat yang diberikan orang lain dengan baik.
3.      Bekerja sama lebih baik daripada bekerja sendiri.
4.      Mengajarkan cara menanam wortel dan tahap-tahapnya.
1.      Saling tolong-menonolong mencegah kejahatan.
2.      Setiap kejahatan pasti akan mendapat balasannya.
 
Sasaran pembaca/penonton
-          Semua umur bisa melihatnya namun lebih cocok untuk anak usia sekolah maupun balita ±3-9tahun (dengan bimbingan orang tua) karena tampilannya yang menarik, ceritanya yang lucu, dan terdapat pesan yang baik di setiap episode-episode nya, walaupun terkadang terselip karakter yang jailnya berlebihan.
-          Cocok untuk laki-laki maupun perempuan karena disini ceritanya umum dan tidak terpaut pada laki-laki atau perempuan saja.
-          Sebenarnya acara  Spongebob SquarePants ini tidak layak untuk anak-anak karena ceritanya tentang kehidupan orang remaja dan dewasa. Banyak adegan-adegan yang seharusnya tidak dipertontonkan untuk anak-anak seperti cara mencuri resep rahasia dan banyak lagi yang lainnya. Walaupun sebenarnya tidak layak untuk anak-anak, selama ketika melihat film tersebut mendapat pendampingan dari orang tua juga tidak apa-apa, bisa juga sebagai hiburan anak karena lucu.
-          Cocok untuk semua jenis kelamin, tidak mengacu pada laki-laki saja.
Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)
*      Kelebihannya, tampilan bagus full warna dengan memadukan 2D dan 3D membuat film ini terkesan menarik. Sesuai tujuan dan sasaran usia yang dituju karena kebanyakan anak-anak tahu film ini dan menyukainya karena lucu dan tidak membosankan (survey dari beberapa anak). Walaupun ternyata banyak kaum remaja dan dewasa juga yang menyukai film ini.
*      Hal yang menjadi kekurangannya adalah Bahasa yang digunakan Bahasa asli Rusia dan bukan dub Bahasa Indonesia, sehingga hanya terjemahan saja. Bagi anak yang belum bisa membaca mereka terbatas dalam menangkap makna yang disampaikan karena hanya melihat secara tampilan atau gambarnya saja tanpa adanya Bahasa yang dapat dipahami oleh anak seusia mereka.
-          Kelebihannya, tampilan yang disuguhkan menarik sekali karena full warna dan kualitasnya bagus.  Dubing Bahasa Indonesia nya sangat bagus dan muda dicerna anak-anak. Tidak sesuai sasaran karena content yang diberikan meliputi kehidupan orang dewasa. Tujuannya sudah sesuai karena sebagai sebuah hiburan, dan filmnya juga cukup menghibur. Terdapat manfaatnya juga, tetapi banyak juga yang tidak bermanfaat, seperti tindakan-tindakan konyol Spongebob dan Patrick.
-          Kelemahannya, episode-nya banyak yang diulang dan cenderung membosankan. Tayangnya pagi dan lama sekitar satu setengah jam (06.00-07.30WIB), sehingga mengganggu aktifitas bersekolah anak.
Teori yang relevan
Teori yang digunakan adalah teori Jean Piaget yaitu perkembangan kognitif pada tahap praoperasional 2-7 tahun (karena subjek berada pada kisaran usia 5 tahun). Pada tahap perkembangan ini,  konsep yang stabil mulai terbentuk, penalaran mental mulai muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian lemah, serta keyakinan terhadap hal yang magis terbentuk (Piaget dalam Santrock, 2002). 
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002) Pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan untuk merekonstruksi pada tingkat pemikiran apa yang telah dilakukan dilakukan di dalam perilaku. Pemikiran ini dibagi atas dua subtahap yaitu subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis ialah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2-4 tahun. Pada subtahap ini yang khas adalah perilaku egosentisme dan animisme.
Kemudian, subtahap pemikiran intuitif ialah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4-7 tahun. Anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Teori yang digunakan adalah teori Jean Piaget yaitu perkembangan kognitif pada tahap praoperasional 2-7 tahun (karena subjek berada pada kisaran usia 5 tahun). Pada tahap perkembangan ini,  konsep yang stabil mulai terbentuk, penalaran mental mulai muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian lemah, serta keyakinan terhadap hal yang magis terbentuk (Piaget dalam Santrock, 2002). 
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002) Pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan untuk merekonstruksi pada tingkat pemikiran apa yang telah dilakukan dilakukan di dalam perilaku. Pemikiran ini dibagi atas dua subtahap yaitu subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis ialah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2-4 tahun. Pada subtahap ini yang khas adalah perilaku egosentisme dan animisme.
Kemudian, subtahap pemikiran intuitif ialah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4-7 tahun. Anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan.

 

 

Analisis dari kedua media :

            Marsha and The Bear dan Spongebob SquarePants mempunyai kelebihan dan kekurangan diantara keduanya. Tujuannya kedua film tersebut sama yaitu untuk menghibur anak-anak. Tetapi, terkadang orang tua juga lupa bahwa tidak semua film anak-anak itu pantas ditonton untuk anak. Seperti halnya Spongebob SquarePants yang lebih berkisah tentang kehidupan orang dewasa yang berkerja, sehingga tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak-anak pada usia tersebut. Walaupun anak-anak belum bisa memaknai sejauh itu, tetapi informasi yang diterima tersebut bukan tidak mungkin akan di recall kembali. Pada usia anak-anak sudah tidak seharusnya diperbolehkan menonton adegan-adegan yang tidak masuk akal seperti tangan yang bisa dilepas, jatuhàhancuràkemudian utuh lagi, dll. Walaupun dari segi karakter pemainnya juga termasuk baik, sangat perduli dengan persahabatan, rajin bekerja, suka menolong, dll. Tetapi, untuk anak-anak sebaiknya dikurangi tayangan tersebut. Marsha and The Bear cocok untuk anak-anak, karakter yang dimainkan sesuai dengan perkembangan anak-anak, dimana Marsha tersebut masih suka bermain, rasa ingin tahunya besar seperti anak pada umumnya. Ceritanya juga sesuai dengan fantasi anak-anak, lucu, menarik, dan tidak diulang-ulang. Sesuai dengan pendapat Cinta, bahwa Marsha and The Bear tidak membosankan dan lucu sekali. Dari pendapat tersebut sudah dapat dilihat bahwa anak seusianya sudah bisa memaknai film, walaupun secara umum saja. Sehingga, perlu adanya bimbingan dan pengawasan yang ekstra ketika anak sedang menonton film.

 

My opinion / conclusion :

            Penulis lebih menyukai Marsha and The Bear karena ceritanya lebih menggambarkan rutinitas di kehidupan nyata walaupun pemerannya adalah Beruang, tetapi cukup mewakili. Pemerannya juga anak-anak dan kontennya juga sesuai dengan anak-anak. Kemudian, waktu tayangnya juga sore sekitar pukul 16.25WIB sehingga tidak mengganggu jadwal sekolah anak. Penulis menyarankan pada orangtua agar melakukan pengawasan ketika anak menonton film, memilah-milah film yang sesuai dengan tahap perkembangannya, memberikan batas waktu ketika menonton film, kemudian memberi wawasan kepada anak yang mana yang baik dan buruk yang tidak boleh ditiru oleh anak. Sedangkan untuk Spongebob SquarePants, konten yang disuguhkan kurang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan terlalu banyak adegan-adegan ekstrim juga, waktu tayangnya yang juga tidak efektif sehigga orang tua perlu mengurangi proporsi anak dalam menonton acara tersebut.  
 

Itulah secuil informasi yang bisa disampaikan penulis, semoga bermanfaat dan terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca. JJJ

 

Diyah Ayu Wirantika

115120313111003

Anak & media : Mr. Bean dan Upin & Ipin. Mana yang Lebih Menarik?


 Anak yang saya wawancarai adalah seorang anak perempuan bernama Luigi Celestyn, yang biasa dipanggil Lui. Lui berusia 4 tahun 9 bulan. Sebenarnya Lui menyukai beranekaragam kartun. Namun ketika saya tanyakan kartun mana yang paling ia gemari, ia mengaku paling menyukai Mr. Bean dan Upin & Ipin karena menurutnya lucu. Ketika saya menemaninya menonton kedua kartun tersebut, saya melihat ekspresi bahagia yang terpancar dari wajahnya. Selain itu, ia juga menunjukkan rasa ingin tahu yang sangat besar dengan bertanya seputar cerita dalam kedua kartun tersebut. 


Data umum

Jenis : Film
Judul : Mr. Bean – The Animated Series
± 30 Menit / tahun 2013


Jenis : Film
Judul : Upin & Ipin dan Kawan-kawan (Istimewa Hari Ibu)
Durasi : ± 30 menit / tahun  2010

Penyampaian content

Full kartun


Kartun animasi

Content

Bercerita tentang seorang laki-laki usil bernama Mr.Bean yang hidup seorang diri dan hanya ditemani oleh boneka kesayangannya, Teddy. Ia begitu terobsesi pada bonekanya sehingga menganggap seolah-olah boneka tersebut adalah benda hidup (temannya). Ia merasa tak bisa hidup tanpa bonekanya.


Bercerita tentang Upin & Ipin serta teman-temannya yang hendak merayakan hari ibu.

Tujuan / materi yang ingin disampaikan / pelajaran yang bisa diambil

·      Mengajarkan untuk memiliki sikap pantang menyerah dan ulet untuk menggapai sesuatu
·      Memiliki banyak ide
·      Tidak pernah takut untuk mencoba


Mengajarkan atau menanamkan nilai moral pada anak sejak dini tentang bagaimana mencintai dan menghargai jasa seorang ibu meskipun sang ibu telah tiada.

Sasaran pembaca / penonton

Semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih cocok untuk anak diatas usia pra sekolah atau orang dewasa. Karena pemeran utama adalah orang dewasa dan jalan cerita tidak merujuk pada kisah anak TK atau pra sekolah 


Semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih cocok untuk anak pra sekolah atau TK. Karena pemeran utama dalam Upin & Ipin juga merupakan anak-anak TK

Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)

Kelebihan:

·      Penyajian gambar cukup baik (dari segi warna maupun grafis)











 Kekurangan:

·      Jalan cerita kurang bisa dipahami oleh anak usia pra sekolah atau TK karena kurangnya interaksi atau komunikasi verbal (cenderung lebih banyak action) dalam film. Selain itu penggunaan bahasa inggris juga menyulitkan anak dalam memahami apa yang dibicarakan, meski terdapat transelete bahasa indonesia.


Kelebihan:

·      Sangat sesuai untuk anak pra sekolah atau anak TK karena jalan cerita condong pada kehidupan anak pra sekolah
·      Menanamkan nilai moral sejak dini pada anak tentang bagaimana menghargai jasa seorang ibu
·      Cerita di kemas dengan menarik, secara visual juga bagus.

Kekurangan:

·      Jalan cerita kemungkinan akan membosankan bagi anak yang berusia lebih besar


Teori yang relevan

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya.

Pemikiran Pra Operasional
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

Teori belajar modeling adalah teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain. modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya.

Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention), reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).

      1. Perhatian (attention), memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan – tindakan yang dilakukan oleh orang yang akan ditiru.

      2. Pengendapan (retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan.

      3. Reproduksi motorik (reproduction),
      hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.

      4. Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan seberapa mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya.


Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya.



Pemikiran Pra Operasional
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

Analisis dari kedua media :

Kedua film memiliki pesan masing-masing dan pembelajaran yang bisa diambil. Namun tergantung bagaimana anak dapat menyerap informasi dari kedua kartun tersebut. Lui termasuk anak yang cerdas dan cepat dalam menerima informasi. Meski film Mr. Bean sangat minim interaksi verbalnya, namun ia sudah mampu memahami apa yang ia lihat melalui gambar-gambar atau tayangan Mr. Bean tersebut. Terbukti setelah menonton Mr. Bean (saat adegan melukis), ia menjadi tertarik untuk melukis juga dan meminta orang tuanya untuk membelikan peralatan lukis seperti yang ada di film tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang ia lihat, dapat ia serap dengan baik sehingga memunculkan keinginan untuk meniru adegan yang ada di film Mr. Bean. Keinginan untuk melukis tersebut semakin mudah untuk diwujudkan karena didukung dengan kemampuan motorik Lui yang baik. Terlihat bahwa ia sudah bisa melukis atau mewarnai dengan cukup rapi. Selain itu, orang tua Lui juga selalu mendampingi dan mengarahkannya ketika melukis, serta mengapresiasi hasil karyanya dengan pujian-pujian sehingga timbul motivasi dalam diri Lui untuk terus belajar melukis lebih baik lagi.

Ketika menyaksikan tayangan Upin & Ipin, Lui juga menunjukkan respon yang cukup mengejutkan. Ia menangis lalu mengatakan bahwa ia sedih dan kasihan melihat upin & ipin yang tidak memiliki ibu. Ia juga menunjukkan perubahan tingkah laku yg konkrit (terlihat) setelah menonton Upin & Ipin. Ia mengatakan kepada ibunya bahwa ia sangat menyanyangi sang ibu dan berkata terimakasih telah merawatnya. Meski kartun Upin & Ipin berbahasa Malaysia dan kemungkinan besar asing di telinga anak Indonesia seperti Lui, namun ia sudah mampu meresapi atau memaknai apa yang ia tonton (stimulus), dan mampu merespon dengan baik dan sesuai (Lui sudah tahu kapan ia harus menangis dan apa alasan ia menangis; contohnya saat ia menangis karena Upin & Ipin sudah tidak memiliki ibu). Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasannya dalam mengolah informasi dan gambar-gambar mampu untuk menginterpretasikan cerita Upin & Ipin tersebut dengan perasaan dan tindakannya.

My opinion / conclusion :
Melihat dari ke dua sisi yang berbeda pada dua kartun yang telah dipaparkan diatas, maka saya lebih memilih dan menyukai film Upin & Ipin. Karena menurut saya dari segi animasi dan penyajian gambar, Upin & Ipin lebih menarik. Selain itu, dari segi cerita juga ringan dan banyak mengandung makna serta pembelajaran yang baik bagi anak usia dini atau pra sekolah. Sehingga saya menyarankan pada orangtua untuk menyajikan tayangan seperti Upin & Ipin, karena lebih mudah dipahami, sesuai dengan usia Luigi, dan banyak pembelajaran yang dapat dipetik. Sedangkan Mr. Bean menurut saya cenderung kurang menarik baik secara penyajian animasi maupun cerita. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi verbal (jarang ada pembicaraan dan lebih banyak action) dalam kartun ini sehingga tidak ada penjelasan yang cukup dari setiap cerita dalam film tersebut. Ini tentunya akan menyulitkan anak-anak (khususnya usia pra sekolah) untuk memahami makna yang disampaikan dari cerita tersebut. Selain itu, jalan cerita juga lebih condong pada kisah orang dewasa sehingga menurut saya kurang tepat bila disajikan untuk anak usia pra sekolah.

Vanessa E. A.
115120300111018