Anak
yang saya wawancarai adalah seorang anak perempuan bernama Luigi Celestyn, yang
biasa dipanggil Lui. Lui berusia 4 tahun 9 bulan. Sebenarnya Lui menyukai
beranekaragam kartun. Namun ketika saya tanyakan kartun mana yang paling ia
gemari, ia mengaku paling menyukai Mr. Bean dan Upin & Ipin karena
menurutnya lucu. Ketika saya menemaninya menonton kedua kartun tersebut, saya
melihat ekspresi bahagia yang terpancar dari wajahnya. Selain itu, ia juga menunjukkan
rasa ingin tahu yang sangat besar dengan bertanya seputar cerita dalam kedua kartun
tersebut.
Data umum
|
Jenis : Film
Judul : Mr. Bean – The Animated Series
±
30
Menit / tahun 2013
|
Jenis : Film
Judul : Upin & Ipin dan Kawan-kawan
(Istimewa Hari Ibu)
Durasi : ± 30 menit / tahun 2010
|
Penyampaian content
|
Full kartun
|
Kartun animasi
|
Content
|
Bercerita tentang seorang laki-laki usil bernama
Mr.Bean yang hidup seorang diri dan hanya ditemani oleh boneka kesayangannya,
Teddy. Ia begitu terobsesi pada bonekanya sehingga menganggap seolah-olah
boneka tersebut adalah benda hidup (temannya). Ia merasa tak bisa hidup tanpa
bonekanya.
|
Bercerita tentang Upin &
Ipin serta teman-temannya yang hendak merayakan hari ibu.
|
Tujuan / materi yang ingin disampaikan /
pelajaran yang bisa diambil
|
·
Mengajarkan untuk memiliki sikap
pantang menyerah dan ulet untuk menggapai sesuatu
·
Memiliki banyak ide
·
Tidak pernah takut untuk mencoba
|
Mengajarkan atau menanamkan nilai
moral pada anak sejak dini tentang bagaimana mencintai dan menghargai jasa
seorang ibu meskipun sang ibu telah tiada.
|
Sasaran pembaca /
penonton
|
Semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih cocok untuk anak diatas
usia pra sekolah atau orang
dewasa. Karena pemeran utama adalah orang dewasa dan jalan cerita tidak
merujuk pada kisah anak TK atau pra sekolah
|
Semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.
Namun lebih cocok untuk
anak pra
sekolah atau TK. Karena pemeran utama dalam Upin & Ipin juga merupakan
anak-anak TK
|
Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)
|
Kelebihan:
·
Penyajian gambar cukup baik (dari
segi warna maupun grafis)
Kekurangan:
·
Jalan cerita kurang bisa dipahami
oleh anak usia pra sekolah atau TK karena kurangnya interaksi atau komunikasi
verbal (cenderung lebih banyak action) dalam film. Selain itu penggunaan
bahasa inggris juga menyulitkan anak dalam memahami apa yang dibicarakan,
meski terdapat transelete bahasa indonesia.
|
Kelebihan:
·
Sangat sesuai untuk anak pra sekolah atau
anak TK karena
jalan
cerita condong pada kehidupan anak pra sekolah
·
Menanamkan nilai moral sejak dini
pada anak tentang bagaimana menghargai jasa seorang ibu
·
Cerita di kemas dengan menarik,
secara visual juga bagus.
Kekurangan:
·
Jalan cerita kemungkinan akan membosankan bagi anak yang
berusia lebih besar
|
Teori yang relevan
|
Teori perkembangan
kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya.
Pemikiran Pra Operasional
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata.
Teori
belajar modeling adalah teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dimana
modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku
dari orang lain. modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga
merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang
lain kemudian mencontohnya.
Menurut
Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui
pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention),
reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).
1.
Perhatian (attention), memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan –
tindakan yang dilakukan oleh orang yang akan ditiru.
2. Pengendapan (retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan
ditiru dan menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan
ingatan tersebut saat diperlukan.
3. Reproduksi motorik (reproduction),
hal ini dapat menegaskan bahwa
kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan
seseorang meniru suatu perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau
hanya sebagian.
4.
Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan
seberapa mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya
dari segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk
memenuhi tahapan belajarnya.
|
Teori perkembangan
kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
disekitarnya.
Pemikiran Pra Operasional
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata.
Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
|
Analisis dari kedua media :
Kedua
film memiliki pesan masing-masing dan pembelajaran yang bisa diambil. Namun
tergantung bagaimana anak dapat menyerap informasi dari kedua kartun tersebut.
Lui termasuk anak yang cerdas dan cepat dalam menerima informasi. Meski film
Mr. Bean sangat minim interaksi verbalnya, namun ia sudah mampu memahami apa
yang ia lihat melalui gambar-gambar atau tayangan Mr. Bean tersebut. Terbukti
setelah menonton Mr. Bean (saat adegan melukis), ia menjadi tertarik untuk
melukis juga dan meminta orang tuanya untuk membelikan peralatan lukis seperti
yang ada di film tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang ia lihat, dapat
ia serap dengan baik sehingga memunculkan keinginan untuk meniru adegan yang
ada di film Mr. Bean. Keinginan untuk melukis tersebut semakin mudah untuk
diwujudkan karena didukung dengan kemampuan motorik Lui yang baik. Terlihat
bahwa ia sudah bisa melukis atau mewarnai dengan cukup rapi. Selain itu, orang
tua Lui juga selalu mendampingi dan mengarahkannya ketika melukis, serta
mengapresiasi hasil karyanya dengan pujian-pujian sehingga timbul motivasi dalam
diri Lui untuk terus belajar melukis lebih baik lagi.
Ketika
menyaksikan tayangan Upin & Ipin, Lui juga menunjukkan respon yang cukup
mengejutkan. Ia menangis lalu mengatakan bahwa ia sedih dan kasihan melihat
upin & ipin yang tidak memiliki ibu. Ia juga menunjukkan perubahan tingkah
laku yg konkrit (terlihat) setelah menonton Upin & Ipin. Ia mengatakan
kepada ibunya bahwa ia sangat menyanyangi sang ibu dan berkata terimakasih
telah merawatnya. Meski kartun Upin & Ipin berbahasa Malaysia dan kemungkinan
besar asing di telinga anak Indonesia seperti Lui, namun ia sudah mampu
meresapi atau memaknai apa yang ia tonton (stimulus), dan mampu merespon dengan
baik dan sesuai (Lui sudah tahu kapan ia harus menangis dan apa alasan ia
menangis; contohnya saat ia menangis karena Upin & Ipin sudah tidak
memiliki ibu). Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasannya dalam mengolah informasi
dan gambar-gambar mampu untuk menginterpretasikan cerita Upin & Ipin
tersebut dengan perasaan dan tindakannya.
My
opinion / conclusion :
Melihat
dari ke dua sisi yang berbeda pada dua kartun yang telah dipaparkan diatas,
maka saya lebih memilih
dan menyukai film Upin & Ipin. Karena menurut saya dari segi animasi dan
penyajian gambar, Upin & Ipin lebih menarik. Selain itu, dari segi cerita
juga ringan dan banyak mengandung makna serta pembelajaran yang baik bagi anak
usia dini atau pra sekolah. Sehingga
saya menyarankan pada orangtua untuk menyajikan tayangan seperti
Upin & Ipin, karena lebih mudah dipahami, sesuai dengan usia Luigi, dan
banyak pembelajaran yang dapat dipetik. Sedangkan Mr. Bean menurut saya cenderung kurang
menarik baik secara penyajian animasi maupun cerita. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya komunikasi verbal (jarang ada pembicaraan dan lebih banyak action) dalam
kartun ini sehingga tidak ada penjelasan yang cukup dari setiap cerita dalam
film tersebut. Ini tentunya akan menyulitkan anak-anak (khususnya usia pra
sekolah) untuk memahami makna yang disampaikan dari cerita tersebut. Selain
itu, jalan cerita juga lebih condong pada kisah orang dewasa sehingga menurut
saya kurang tepat bila disajikan untuk anak usia pra sekolah.
Vanessa E. A.
115120300111018
No comments:
Post a Comment