Monday, December 30, 2013

Anak & media : Mr. Bean dan Upin & Ipin. Mana yang Lebih Menarik?


 Anak yang saya wawancarai adalah seorang anak perempuan bernama Luigi Celestyn, yang biasa dipanggil Lui. Lui berusia 4 tahun 9 bulan. Sebenarnya Lui menyukai beranekaragam kartun. Namun ketika saya tanyakan kartun mana yang paling ia gemari, ia mengaku paling menyukai Mr. Bean dan Upin & Ipin karena menurutnya lucu. Ketika saya menemaninya menonton kedua kartun tersebut, saya melihat ekspresi bahagia yang terpancar dari wajahnya. Selain itu, ia juga menunjukkan rasa ingin tahu yang sangat besar dengan bertanya seputar cerita dalam kedua kartun tersebut. 


Data umum

Jenis : Film
Judul : Mr. Bean – The Animated Series
± 30 Menit / tahun 2013


Jenis : Film
Judul : Upin & Ipin dan Kawan-kawan (Istimewa Hari Ibu)
Durasi : ± 30 menit / tahun  2010

Penyampaian content

Full kartun


Kartun animasi

Content

Bercerita tentang seorang laki-laki usil bernama Mr.Bean yang hidup seorang diri dan hanya ditemani oleh boneka kesayangannya, Teddy. Ia begitu terobsesi pada bonekanya sehingga menganggap seolah-olah boneka tersebut adalah benda hidup (temannya). Ia merasa tak bisa hidup tanpa bonekanya.


Bercerita tentang Upin & Ipin serta teman-temannya yang hendak merayakan hari ibu.

Tujuan / materi yang ingin disampaikan / pelajaran yang bisa diambil

·      Mengajarkan untuk memiliki sikap pantang menyerah dan ulet untuk menggapai sesuatu
·      Memiliki banyak ide
·      Tidak pernah takut untuk mencoba


Mengajarkan atau menanamkan nilai moral pada anak sejak dini tentang bagaimana mencintai dan menghargai jasa seorang ibu meskipun sang ibu telah tiada.

Sasaran pembaca / penonton

Semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih cocok untuk anak diatas usia pra sekolah atau orang dewasa. Karena pemeran utama adalah orang dewasa dan jalan cerita tidak merujuk pada kisah anak TK atau pra sekolah 


Semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih cocok untuk anak pra sekolah atau TK. Karena pemeran utama dalam Upin & Ipin juga merupakan anak-anak TK

Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)

Kelebihan:

·      Penyajian gambar cukup baik (dari segi warna maupun grafis)











 Kekurangan:

·      Jalan cerita kurang bisa dipahami oleh anak usia pra sekolah atau TK karena kurangnya interaksi atau komunikasi verbal (cenderung lebih banyak action) dalam film. Selain itu penggunaan bahasa inggris juga menyulitkan anak dalam memahami apa yang dibicarakan, meski terdapat transelete bahasa indonesia.


Kelebihan:

·      Sangat sesuai untuk anak pra sekolah atau anak TK karena jalan cerita condong pada kehidupan anak pra sekolah
·      Menanamkan nilai moral sejak dini pada anak tentang bagaimana menghargai jasa seorang ibu
·      Cerita di kemas dengan menarik, secara visual juga bagus.

Kekurangan:

·      Jalan cerita kemungkinan akan membosankan bagi anak yang berusia lebih besar


Teori yang relevan

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya.

Pemikiran Pra Operasional
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

Teori belajar modeling adalah teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain. modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya.

Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention), reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).

      1. Perhatian (attention), memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan – tindakan yang dilakukan oleh orang yang akan ditiru.

      2. Pengendapan (retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan.

      3. Reproduksi motorik (reproduction),
      hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.

      4. Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan seberapa mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya.


Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya.



Pemikiran Pra Operasional
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

Analisis dari kedua media :

Kedua film memiliki pesan masing-masing dan pembelajaran yang bisa diambil. Namun tergantung bagaimana anak dapat menyerap informasi dari kedua kartun tersebut. Lui termasuk anak yang cerdas dan cepat dalam menerima informasi. Meski film Mr. Bean sangat minim interaksi verbalnya, namun ia sudah mampu memahami apa yang ia lihat melalui gambar-gambar atau tayangan Mr. Bean tersebut. Terbukti setelah menonton Mr. Bean (saat adegan melukis), ia menjadi tertarik untuk melukis juga dan meminta orang tuanya untuk membelikan peralatan lukis seperti yang ada di film tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang ia lihat, dapat ia serap dengan baik sehingga memunculkan keinginan untuk meniru adegan yang ada di film Mr. Bean. Keinginan untuk melukis tersebut semakin mudah untuk diwujudkan karena didukung dengan kemampuan motorik Lui yang baik. Terlihat bahwa ia sudah bisa melukis atau mewarnai dengan cukup rapi. Selain itu, orang tua Lui juga selalu mendampingi dan mengarahkannya ketika melukis, serta mengapresiasi hasil karyanya dengan pujian-pujian sehingga timbul motivasi dalam diri Lui untuk terus belajar melukis lebih baik lagi.

Ketika menyaksikan tayangan Upin & Ipin, Lui juga menunjukkan respon yang cukup mengejutkan. Ia menangis lalu mengatakan bahwa ia sedih dan kasihan melihat upin & ipin yang tidak memiliki ibu. Ia juga menunjukkan perubahan tingkah laku yg konkrit (terlihat) setelah menonton Upin & Ipin. Ia mengatakan kepada ibunya bahwa ia sangat menyanyangi sang ibu dan berkata terimakasih telah merawatnya. Meski kartun Upin & Ipin berbahasa Malaysia dan kemungkinan besar asing di telinga anak Indonesia seperti Lui, namun ia sudah mampu meresapi atau memaknai apa yang ia tonton (stimulus), dan mampu merespon dengan baik dan sesuai (Lui sudah tahu kapan ia harus menangis dan apa alasan ia menangis; contohnya saat ia menangis karena Upin & Ipin sudah tidak memiliki ibu). Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasannya dalam mengolah informasi dan gambar-gambar mampu untuk menginterpretasikan cerita Upin & Ipin tersebut dengan perasaan dan tindakannya.

My opinion / conclusion :
Melihat dari ke dua sisi yang berbeda pada dua kartun yang telah dipaparkan diatas, maka saya lebih memilih dan menyukai film Upin & Ipin. Karena menurut saya dari segi animasi dan penyajian gambar, Upin & Ipin lebih menarik. Selain itu, dari segi cerita juga ringan dan banyak mengandung makna serta pembelajaran yang baik bagi anak usia dini atau pra sekolah. Sehingga saya menyarankan pada orangtua untuk menyajikan tayangan seperti Upin & Ipin, karena lebih mudah dipahami, sesuai dengan usia Luigi, dan banyak pembelajaran yang dapat dipetik. Sedangkan Mr. Bean menurut saya cenderung kurang menarik baik secara penyajian animasi maupun cerita. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi verbal (jarang ada pembicaraan dan lebih banyak action) dalam kartun ini sehingga tidak ada penjelasan yang cukup dari setiap cerita dalam film tersebut. Ini tentunya akan menyulitkan anak-anak (khususnya usia pra sekolah) untuk memahami makna yang disampaikan dari cerita tersebut. Selain itu, jalan cerita juga lebih condong pada kisah orang dewasa sehingga menurut saya kurang tepat bila disajikan untuk anak usia pra sekolah.

Vanessa E. A.
115120300111018

No comments:

Post a Comment