Thursday, October 10, 2013

Kelahiran Caesar


Assalamualaikum Wr,wbr.


Akhirnya saya bisa meramaikan blog super kece ini. Sejujurnya, saya bingung lho kawan mau bawain materi tentang apa untuk meramaikan blog ini, tapi Alhamdulillah saya mendapat hidayah dari sang Maha Pencipta, Allah SWT , lewat orang nomor satu dalam hidup saya, mama tercinta.  Pada kesempatan kali ini saya akan share sedikit tentang pengalaman ketika saya melahirkan *eh salah* ,ketika proses saya dilahirkan oleh mama saya, dengan jalan Caesar. Serem juga yaa kalau inget-inget cerita mama papa dulu tetentang kelahiran saya, yang katanya hampir gak bisa diselamatkan lah, kelahiran bermasalah lah, sampai prediksi autis *cukup  tarik nafas panjang lah*, dan akhirnya saya kini dapat diberikan kesempatan untuk bisa mensyukuri nikmat indah pemberian dari Allah. Oke cukup sekian dulu yaa curcolnya. Disini yuk mari kita bahas bersama mengenai Kelahiran Caesar, Check it out!!


Apa sih Caesar itu ?


Bukan nama dai salah satu nama joget yang lagi ngetrend sekarang ini lho yaa. Jadi, menurut sumber yang dini baca, 'Caesar' diambil dari verb bahasa latin "caedere" yang berarti membedah. Istilah ini diambil dari pemimpin Romawi kuno Julius Caesar yang disebut-sebut dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah caesar / pembedahan sangat tidak memungkinkan untuk lakukan, karena faktor teknologi yang masih sangat tidak mendukung. Namun dalam hukum Romawi menjelaskan bahwa prosedur caesar perlu dilakukan pada ibu hamil yang meninggal untuk menyelamatkan nyawa sang bayi.

Kenapa harus lahir ceasar ?
Kondisi ibu.

  • Lingkar rongga panggul lebih kecil dibanding ukuran janin.
  • Adanya kelainan panggul, atau akibat operasi di daerah panggul sebelumnya.
  •  Ibu menderita penyakit seperti jantung, paru-paru, hipertensi.
  • Adanya gangguan di jalan lahir, seperti tumor.
  • Ada riwayat operasi pada rahim yang menembus endometrium, seperti operasi tumor kandungan (miom), bekas Caesar kurang dari 2 tahun, atau bekas Caesar 2 kali.
  • Ibu berusia lebih dari 35 tahun saat melahirkan pertama kali.


Kondisi Janin.

  • Bayi besar (makrosomia) dengan berat lebih dari 4000 gram.
  • Kelainan letak plasenta, seperti menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir (previa total/sebagian).
  • Kelainan letak janin, misalnya melintang.
  • Terjadi gangguan janin (fetal distress). Misalnya, akibat gangguan aliran oksigen dari ibu ke janin melalui tali pusatdan plasenta yang terjadi pad aibu yang emnderita tekanan darah tinggi, atau tali pusat terjepit di antara tubuh janin atau terpelincir.
  • Kelainan janin, hidrosefalus (kepala berisi cairan), kembar siam, dan lain-lain. 



Pengaruh kelahiran caesar pada bayi ?


Dari sumber yang dini baca dari Kompas.com, oleh Dr.Erick Fransisco Kan, M.Med, Sp.A dari Siloam Hospital Karawaci membeberkannya.
1. Gangguan pernapasan
TTNB (Transient Tachypnea of the New Born) adalah gangguan pernapasan yang paling sering dikhawatirkan terjadi pada bayi sesar. Gangguan ini terjadi akibat cairan yang memenuhi paru-paru janin selama berada dalam rahim tidak terkompresi mengingat bayi sesar tinggal “terima jadi”. Padahal, proses persalinan per vaginam melewati jalan lahir inilah yang memungkinkan cairan yang memenuhi paru-paru semasa janin berada dalam rahim dipompa habis keluar.
Selain itu, proses kompresi juga terjadi berkat kontraksi rahim ibu secara berkala. Kontraksi yang lama-kelamaan semakin kuat ini akan menekan tubuh bayi, sehingga otomatis cairan dalam paru-parunya ikut keluar. Nah, pada bayi sesar, kedua proses kompresi tadi tidak terjadi dengan sempurna.
2. Rendahnya sistem kekebalan tubuh
Data berdasarkan evidance base memang belum ada. Namun pada proses persalinan normal, bayi berpindah dari rahim yang nyaris steril ke lingkungan luar melalui proses yang berlangsung lama dan melibatkan kontraksi selama berjam-jam. Saat lahir pun, mulut bayi tidak tertutup sehingga banyak kuman yang masuk ke dalam mulut, bahkan sampai ke pencernaan. Imbasnya, bayi mengalami kontak alami dengan mikroba floral dalam jalan lahir ibunya yang kemudian berkoloni di ususnya. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan pematangan sistem kekebalan tubuhnya.
3. Rentan alergi
Baik dari kondisi “kotor” di jalan lahir yang tidak dilalui si bayi yang dilahirkan secara sesar, maupun tertundanya pemberian ASI sesegera mungkin, membuat risiko alergi pada bayi jadi lebih tinggi. Belum lagi paparan antibiotik yang biasanya diberikan kepada bayi sesar sebagai langkah berjaga-jaga dari kemungkinan infeksi, juga meningkatkan risiko alergi.
4. Emosi cenderung rapuh
Meski belum terbukti melalui penelitian ilmiah, kondisi psikologis bayi sesar diduga cenderung lebih rapuh dibanding bayi yang dilahirkan secara normal. Faktanya, bayi yang lahir normal memang dihadapkan pada kondisi tidak nyaman dimana ia harus melewati jalan lahir yang sempit dan berliku disertai tekanan hebat akibat kontraksi rahim. Perjuangan inilah yang diyakini dapat melatih mental si kecil sejak dini. Boleh jadi faktor ini memberi kontribusi tersendiri terhadap kepribadian si anak kelak.
Akan tetapi pola asuh yang diberikan orangtua dan bagaimana pengaruh lingkungan terbukti lebih ikut memberi warna apakah seseorang lebih tahan banting atau tidak ketika menghadapi stres kehidupan.
5. Terpengaruh anestesi
Kondisi ini mungkin saja terjadi. Karenanya, tim dokter yang terdiri dari dokter kebidanan dan kandungan, dokter anak, dan dokter anestesi harus berhitung secermat mungkin agar pembiusan pada bayi berpengaruh seminim mungkin. Untuk itu, umumnya anestesi yang digunakan adalah anestesi spinal yang berdosis rendah. Penggunaan bius total membuat bayi terlihat agak ngantuk karena dikeluarkan saat masih di bawah pengaruh anestesi.
6. Minim peluang IMD
Bayi sesar kurang mendapatkan kesempatan untuk menjalani IMD alias inisiasi menyusu dini. Ini karena kondisi bayi sesar berbeda dari kondisi bayi lahir normal yang bisa langsung ditempelkan di dada ibunya dengan refleks yang cukup kuat untuk mencapai payudara ibu. Sementara pada persalinan sesar, hal yang tak bisa segera dilakukan mengingat bayi biasanya langsung dipasangi infus dan selang oksigen guna membantu pernapasannya. Si ibu pun umumnya masih dalam keadaan “teler” akibat pengaruh obat anestesi. 


Alhamdulillah, segini dulu yaa kawan, lain waktu dini share lagi yaa :)

Wasalamualaikum, wr.wbr

thank's for my mom :)













(Dini Andriani /115120307111004)
         
Psiko Satu Kita Utuh !!



No comments:

Post a Comment