Hellooooo…..
Brother and sister calon-calon psikolog, atau masyarakat
semuanya yang diseluruh nusantara jagad kathulistiwa (lebay deh.. hihihihi),
khususnya yang lagi baca artikel saya ini nih…
Bagaimana kabarnya ? semoga sehat, seger, waras. J
Nah loh…
Gangguan Pendengaran ( Tuna Rungu ) itu sendiri apa ya?
Gangguan
Pendengaran ( Tuna Rungu ) merupakan gangguan terhadap indera pendengaran yang dialami seseorang atau bisa juga
dikatakan sebagai kondisi ketunarunguan/ketulian. Kondisi ketunarunguan itu
terbagi atas dua jenis penggolongan, yaitu berdasarkan letak kerusakan organ
dan berdasarkan tingkat keberfungsian telinga, penjelasan sebagai berikut:
A. Penggolongan ketunarunguan berdasarkan letak kerusakan
organ.
Dalam penggolongan ini
terbagi atas 4 jenis, yaitu:
1.
Conductive
loss, yaitu kondisi ketulian yang terjadi akibat rusaknya pada saluran bagian
luar atau tengah telinga yang menghambat penghantaran gelombang bunyi ke bagian
dalam telinga.
2.
Sensorineural
loss, yaitu kondisi ketulian yang terjadi akibat rusaknya bagian dalam telinga
atau syaraf pendengaran yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi
ke otak.
3.
Mixed
hearing loss, yaitu Campuran kerusakan dari jenis conductive dan sensorineural.
4.
Central
auditory processing disorder, yaitu gangguan atau kerusakan pada sistem syaraf
pusat.
B.
Penggolongan
ketunarunguan berdasarkan tingkat keberfungsian telinga.
Menurut penggolongan
ini, terdapat 4 kategori, yaitu:
1. Ketunarunguan ringan (masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas
20-30 dB). Contoh: anak tidak sadar mengalami sedikit kesulitan ketika diajak
mengobrol.
2. Ketunarunguan marginal (masih dapat mendengar bunyi dengan
intensitas 30-40 dB). Contoh: kesulitan jika
diajak berbicara pada jarak tertentu.
3. Ketunarunguan sedang (masih dapat mendengar bunyi dengan
intensitas 40-60 dB). Contoh: anak mengalami kesulitan dalam percakapan apabila
tidak memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam
suasana yang gaduh/berisik.
4. Ketunarunguan berat (dimana orang hanya dapat mendengar
bunyi dengan intensitas 60-75 dB). Contoh: anak hanya memahami sedikit ketika percakapan
apabila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi jika melakukan
percakapan biasa tidak mungkin dilakukan, tetapi dapat terbantu dengan alat
bantu dengar.
5. Ketunarunguan parah (dimana orang hanya dapat mendengar
bunyi dengan intensitas >75 dB). Contoh: anak tidak dapat melakukan percakapan
normal, tetapi ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu,
sangat bergantung juga pada komunikasi visual.
Pada golongan 4 dan
5 itu termasuk ke dalam tuna rungu, karena sudah tidak mampu melakukan
komunikasi secara normal dan harus menggunakan alat bantu dengar.
Berikut ini adalah dampak-dampak dari kondisi ketunarunguan, yaitu sebagai berikut:
Perkembangan yang
paling dipengaruhi oleh kondisi ketunarunguan ini adalah perkembangan bahasa,
terutama lisan. Perkembangan bahasa sangat penting pada anak-anak karena bahasa
akan berguna bagi pendidikannya kedepan.
Apabila anak mengalami
gangguan pendengaran atau ketunarunguan, anak tidak dapat belajar secara normal
dan optimal. Tetapi, jika ketunarunguan ringan tidak begitu bermasalah karena
masih dapat mengikuti pembelajaran secara normal, berbeda dengan ketunarunguan berat
seperti golongan 4 dan 5.
Perkembangan bahasa ini
terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
1.
Perkembangan membaca
2.
Bahasa tulis
3.
Speech
b. Prestasi
Akademis
Kondisi ketunarunguan dapat mengakibatkan kelambatan dalam
perkembangan kognitif yang berbeda dengan anak normal. Oleh karena itu mereka
mengalami kesulitan dalam hal akademis yang disebabkan oleh gangguan terhadap
perkembangan yang lainnya, seperti bahasa. Namun, tidak semua anak tunarungu
prestasi akademisnya rendah karena masalah bahasa, karena sebenarnya
berpikirpun bisa dilakukan tanpa bahasa. Jika mereka dapat mengasah
pengalaman dengan baik, mereka dapat berpikir layaknya orang normal dan dapat
meraih prestasi akademik sama seperti anak normal.
c. Sosioemosional
Pada dasarnya
gangguan perkembangan yang lainnya juga sangat berdampak pada sosioemosional,
sama seperti gangguan pendengaran atau ketunarunguan ini. Anak akan cenderung sulit
untuk bergaul karena merasa mereka tidak sama seperti kebanyakan anak, hal ini
juga dapat menyebabkan anak menjadi berkepribadian penutup. Tidak mau membuka
diri pada orang lain, dan akan merasa lebih nyaman dengan anak-anak yang
mengalami hal yang sama. Tetapi, pada dasarnya semua itu tergantung pada
lingkungannya, terutama lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga bertugas untuk
memberikan pendampingan yang intensif terhadap anak tersebut, mengerti
kebutuhan dan mengontrol perkembangan sosioemosionalnya.
~~~~~~……. Jangan capek
bacanya ya, dibaca sampai habissssss …….~~~~~~
a)
Latihan Mendengarkan, bagi anak yang masih tergolong
ketunarunguan ringan dapat melakukan komunikasi manual untuk mengasah kepekaan
terhadap suara, jika tergolong ketunarunguan berat dapat menggunakan alat bantu
dengar.
b)
Komunikasi dengan cara membaca ujaran atau
kata-kata dan membaca (bisa dilihat dari gerakan bibir).
c)
Belajar isyarat tangan atau gerak tubuh.
d)
Mengombinasikan ketiga cara tersebut, sehingga
mendapatkan hasil yang lebih maksimal juga.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk anak tunarungu,
sebagai berikut:
1. Deteksi sejak usia dini.
2. Memberikan assesmen mulai awal pada anak.
3. Menggunakan ABD, Implant Coachlea, perawatan dan
servisnya.
4. Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem
Audiometry (BSR) yaitu suatu peralatan elektronik yang dapat memeriksa
pendengaran melalui respon atau reaksi syaraf pendengaran bayi terhadap bunyi.
5. Memilih SLB Tunarungu yang ideal bagi anak.
Akhirnya, anda telah lulus uji kesabaran dengan membacanya
sampai habis. Eiiittttssssss tidak ketinggalan juga anda mendapat ilmu
gratisssss seperti biasanya tanpa dipungut biaya sepeserpun...
JJJ
Terima kasih
JJJ
Nama: Diyah Ayu Wirantika
NIM: 115120313111003
No comments:
Post a Comment